asatoe.co, Sumenep – Keputusan Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, yang mengusulkan ribuan tenaga honorer atau pegawai non-ASN menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) paruh waktu mendapat sambutan hangat.
Kebijakan ini dinilai membuka peluang besar, tidak hanya mengubah status honorer menjadi bagian dari aparatur sipil negara (ASN), tetapi juga menjadi pintu masuk menuju PPPK penuh waktu.
Salah satu tenaga honorer yang merasakan langsung kebijakan tersebut adalah Miki Dwi Zulkarnen (35), guru di SMPN 1 Sumenep. Selama 16 tahun ia mengabdi sebagai tenaga honorer. Rasa haru dan bahagia pun tak terbendung ketika mendengar kabar bahwa dirinya bersama ribuan honorer lain diusulkan menjadi PPPK paruh waktu.
“Di tengah penantian yang begitu lama, 16 tahun menjadi tenaga honorer, saya awalnya ragu semua honorer diusulkan, karena jumlahnya sangat banyak. Tapi Bupati Sumenep luar biasa berani mengambil keputusan ini,” ungkap Miki, penuh haru.
Menurutnya, banyak tenaga honorer yang sudah berada di titik pasrah, bahkan mengubur impian menjadi ASN, terutama mereka yang mengabdi hingga 20 tahun. Kini, harapan itu kembali hidup.
“Harapan yang pernah terkubur kini menjelma kenyataan. Bupati Sumenep ternyata sangat peduli terhadap nasib kami,” ujarnya.
Miki juga menyampaikan terima kasih kepada Bupati Sumenep, Kepala BKPSDM, serta Dinas Pendidikan yang selama ini mendampingi tenaga honorer. Ia menegaskan dirinya siap dengan segala konsekuensi ketika nanti resmi ditetapkan sebagai PPPK paruh waktu.
“Berapapun honor yang diterima, kami siap. Kami sadar pengangkatan PPPK paruh waktu ribuan orang ini pasti berdampak pada fiskal APBD. Tapi ini langkah awal untuk menuju PPPK penuh waktu,” jelasnya.
Ia berharap perhatian Pemkab Sumenep terhadap tenaga honorer tidak berhenti sampai di sini. “Harapan kami, Bapak Bupati terus mengawal aspirasi tenaga honorer sampai benar-benar menjadi PPPK penuh waktu,” pungkas pria asal Desa Kebunan itu.