asatoe.co, Sumenep – Suasana penuh rasa syukur menyelimuti ruang Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPRD Kabupaten Sumenep pada Selasa siang, (18/11/2025).
Seluruh anggota fraksi berkumpul dalam sebuah acara tasyakuran sederhana yang diwarnai dengan pembacaan salawat nariyah sebagai bentuk penghormatan atas penganugerahan gelar Pahlawan Nasional Tahun 2025.
Diketahui, belakangan dianugerahkan status Pahlawan Nasional salahsatunya kepada tiga tokoh penting bangsa, yaitu Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan aktivis buruh perempuan Marsinah.
Acara ini menjadi momentum refleksi bagi Fraksi PKB untuk kembali mengenang jasa, pemikiran, dan perjuangan ketiga tokoh tersebut yang selama ini telah memberikan kontribusi besar bagi Indonesia. Doa bersama dipanjatkan khidmat, diiringi rasa haru dan kagum atas rekam jejak para pahlawan baru tersebut.
Dalam kesempatan itu, Anggota Fraksi PKB DPRD Sumenep, Irwan Hayat, menyampaikan bahwa penganugerahan gelar pahlawan tahun ini memiliki kedekatan emosional yang kuat bagi warga Madura, warga Nahdliyyin, serta seluruh masyarakat yang memperjuangkan nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan.
Menurutnya, ketiga tokoh tersebut memiliki peran yang berbeda, tetapi sama-sama memberi jejak mendalam dalam sejarah bangsa.
“Syaikhona Kholil adalah guru para ulama, penjaga keilmuan, dan tokoh besar Madura yang kontribusinya melampaui zamannya. Nama beliau selalu hidup di hati masyarakat, bukan hanya karena ilmunya, tetapi juga ketawadhuan dan perjuangannya membentuk generasi santri yang kelak menjadi pemimpin bangsa,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa penganugerahan gelar pahlawan kepada Gus Dur menjadi pengingat bahwa Indonesia pernah dipimpin sosok yang menjunjung tinggi kemanusiaan tanpa sekat.
“Gus Dur bukan hanya pemimpin politik, tetapi pemimpin moral bangsa. Ia berdiri untuk mereka yang tak punya suara. Keberaniannya melawan diskriminasi dan memperjuangkan pluralisme adalah warisan yang tak lekang oleh zaman,” tambahnya.
Sementara itu, nama Marsinah, seorang buruh pabrik yang dibunuh karena memperjuangkan hak-hak pekerja, diakui Irwan sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan struktural.
“Marsinah adalah cermin keberanian perempuan Indonesia. Ia mewakili perjuangan kaum kecil yang sering terabaikan. Pengakuan negara ini adalah bentuk pemulihan sejarah bagi perjuangannya,” jelasnya.
Irwan Hayat menegaskan bahwa tasyakuran ini bukan sekadar ritual seremonial, tetapi juga penegasan komitmen politik Fraksi PKB untuk terus memperjuangkan nilai-nilai yang telah diwariskan oleh tiga tokoh tersebut. Nilai kemanusiaan, keberpihakan pada kaum lemah, dan keberanian memperjuangkan kebenaran.
“Keteladanan mereka adalah kompas moral bagi kami di PKB. Di tengah berbagai tantangan saat ini, mulai dari sosial, ekonomi, hingga perubahan budaya. Nilai-nilai perjuangan mereka sangat relevan. Kami ingin agar semangat Syaikhona Kholil, Gus Dur, dan Marsinah tetap hidup dan menjadi inspirasi dalam setiap kebijakan yang kami dorong di DPRD,” ujarnya.
Ia juga berharap masyarakat Madura, khususnya generasi muda, dapat lebih mengenal dan memahami perjuangan ketiga pahlawan tersebut. Baginya, mengenal mereka adalah mengenal jati diri bangsa sendiri.
Tasyakuran ini sekaligus menjadi wujud rasa bangga PKB atas pengakuan negara kepada dua tokoh NU dan satu aktivis perempuan yang selama ini menjadi simbol perjuangan kelas pekerja. Meski berasal dari latar belakang berbeda, ketiganya dipersatukan oleh satu hal: keberanian memperjuangkan kemaslahatan yang lebih besar.
Acara tasyakuran ditutup dengan pembacaan doa dan harapan agar nilai-nilai perjuangan para pahlawan tersebut terus menuntun arah pembangunan daerah, khususnya di Kabupaten Sumenep.
Dengan penganugerahan ini, Fraksi PKB menilai bahwa bangsa Indonesia sedang mengambil langkah penting untuk memperluas penghargaan terhadap tokoh-tokoh yang memperjuangkan kebenaran, baik melalui jalan keilmuan, kemanusiaan, maupun keberanian melawan ketidakadilan.
