asatoe.co, Jakarta – Gus Dur terus dikenang bersama warisan-warisan pemikirannya yang mampu menyentuh seluruh golongan di negeri ini. Bulan Desember adalah haul Gus Dur yang ke-12, Kamis (30/12/2021).
Mengenang cendekiawan besar, Gus Dur, Koordinator Nasional Densus 26, Kiai Umaruddin Masdar menulis di akun Twitternya, ia menyebutkan bahwa Gus Dur akan terus dikenang.
“Gus Dur terus dikenang, karena ia adalah cendekiawan besar, ulama besar. Ia besar karena mewariskan pemikiran-pemikiran besar, menyatukan arus kepedulian besar dari nilai dan ajaran agama-agama yang puncak. Gus Dur bukan cendekiawan Muslim saja, tapi ulamanya semua agama,” tulis Kiai Umar pada Rabu, 29 Desember 2021.
Kebesaran pemikiran Gus Dur, lanjut Kiai Umar, dalam kehidupan beragama tidak hanya melihat persoalan-persoalan fadilah, amaliah sunah, atau karomah.
Menurut beliau, Pemikiran Gus Dur lebih pada nilai-nilai universal Islam yang menjadi titik temu agama-agama, sehingga apa yang disuarakan bukan saja representasi Islam, tapi juga mewakili kepentingan umat semua agama.
Menambahkan, Kiai Umar menyebutkan bahwa kebesaran pemikiran Gus Dur terlihat pada dua tesis: Pertama, bahwa Islam hanyalah salah satu dari sekian mata rantai peradaban manusia. Karenanya, sumbangan Islam harus diberikan dalam rangka kebersamaan dengan semua pihak atau agama, bukan menjadi faktor tunggal, juga bukan menyendiri di luar sejarah.
Kedua, agama akan menjadi besar, menunjukkan kebesarannya justru ketika mampu menerima atau menyerap nilai-nilai dari agama atau peradaban lain.
Ketika agama hanya mengolah, mengutak-atik ajarannya sendiri, yang lahir kemudian adalah klaim kebenaran, pendangkalan-pendangkalan. Merasa besar, tapi yang terjadi sebaliknya.
Dapat dilihat dengan jelas, dari pemikiran besarnya, Gus Dur diterima dan diakui banyak golongan serta semua agama merasa nyaman karena terwakili pemikiran Gus Dur.
“Kebesaran Gus Dur terlihat ketika ia diakui sebagai “Bapak Pluralisme”, “Bapak Tionghoa”, “Pahlawan HAM”, “Pahlawan Kemanusiaan”. Semua agama merasa nyaman, terwakili dengan pemikiran Gus Dur,” jelas Pengasuh Majelis Zikir Hayyatan Thoyyibah Yogyakarta tersebut.
Lebih lanjut, sebagaimana kita ketahui bahwa gagasan besar yang dibawa Gus Yahya saat terpilih Ketua Umum PBNU di Muktamar NU ke-34 di Lampung kemarin adalah menghidupkan Gus Dur.
Bagi Kiai Umar, menghidupkan Gus Dur seperti yang digagas Gus Yahya sejatinya menghidupkan Indonesia dan peradaban dunia.
“Jika Gus Yahya ingin menghidupkan Gus Dur, itu sebenarnya menghidupkan Indonesia dan peradaban dunia,” pungkasnya.