asatoe.co, Sumenep – Penetapan pemenang lomba desain logo Hari Jadi ke-757 Kabupaten Sumenep tengah menjadi sorotan publik. Sejumlah kritik muncul dari kalangan peserta dan masyarakat umum, yang menilai bahwa karya terpilih kurang memenuhi unsur estetika dan tidak merepresentasikan kualitas profesional sebuah karya grafis.
Salah satu peserta lomba, Febri Delfitri Fauzi, menyampaikan kekecewaannya atas keputusan dewan juri. Ia menyebut hasil yang ditetapkan terasa mengabaikan kualitas visual dan komposisi desain.
“Saya cukup miris melihat hasil keputusan tersebut. Secara estetika, logo yang terpilih tampak asal tempel, perpaduan warnanya juga kurang elok. Bahkan masyarakat awam yang tidak memahami desain grafis pun menilai logo ini tidak profesional,” ujarnya kepada Asatoe.co, Selasa (2/7).
Diketahui, setelah hasil lomba diumumkan, sejumlah karya dari peserta lain yang beredar di media sosial justru dinilai publik memiliki tampilan visual yang lebih kuat dan dianggap lebih mencerminkan tema yang ditentukan panitia. Kondisi ini pun memunculkan pertanyaan mengenai indikator yang digunakan dewan juri dalam menentukan pemenang.
Febri menilai bahwa dalam menilai sebuah desain logo, aspek estetika visual dan kesesuaian makna dengan tema harus menjadi tolok ukur yang seimbang.
“Jika hanya menonjolkan makna tapi tampilannya amburadul, itu juga tidak layak. Keduanya harus berjalan seimbang. Menilai hanya dari satu aspek saja sangat tidak objektif,” tegasnya.
Ia juga menyatakan bahwa semua peserta tentu merancang karya mereka berdasarkan pedoman dan filosofi yang ditetapkan panitia. Oleh karena itu, apabila pemenang hanya dikedepankan karena alasan filosofi, maka hal itu dianggap tidak adil.
“Penilaian ini jadi sangat subjektif. Tapi estetika itu tidak bisa ditutupi, masyarakat tahu mana yang dikerjakan dengan serius dan mana yang asal jadi,” imbuhnya.
Pantauan Asatoe.co, sejumlah komentar publik di media sosial juga menunjukkan ketidakpuasan terhadap hasil lomba. Bahkan, muncul kritik terhadap kredibilitas tim juri yang dinilai belum sepenuhnya memahami standar kompetensi dalam bidang desain.
“Publik bertanya-tanya, apakah juri memang kurang kompeten di bidang desain atau ada faktor lain. Saya tidak tahu pasti. Tapi jika tahun depan lomba serupa kembali digelar, Pemkab harus benar-benar menyeleksi juri yang profesional, bahkan bila perlu dari luar daerah,” tutur Febri menutup komentarnya.