Panen Perdana Kampoeng Cabe di Sumenep, Kreativitas Warga Sulap Lorong Jadi Lahan Produktif

Wakil Bupati Sumenep, KH Imam Hasyim didampingi warga RT 002/RW 007 Desa Kolor, saat panen perdana Kampoeng Cabe.
Wakil Bupati Sumenep, KH Imam Hasyim didampingi warga RT 002/RW 007 Desa Kolor, saat panen perdana Kampoeng Cabe.

asatoe.co, Sumenep – Di sebuah lorong sempit Desa Kolor, Kecamatan Kota Sumenep, deretan botol plastik bekas tersusun rapi. Dari wadah sederhana itu, tanaman cabai rawit tumbuh subur, menghijau, bahkan sebagian sudah memerah siap dipanen.

Inovasi warga setempat itu kemudian dikenal dengan nama Kampoeng Cabe. Bukan di hamparan sawah atau kebun luas, melainkan di tengah pemukiman padat yang selama ini identik dengan ruang terbatas.

Bacaan Lainnya

Suasana Jumat (26/9/2025) kemarin terasa berbeda. Wakil Bupati Sumenep, KH. Imam Hasyim, hadir langsung menyaksikan sekaligus memetik cabai perdana. Senyum puasnya terlihat jelas ketika satu tangkai cabai merah berhasil ia petik.

“Kami mengapresiasi kreativitas luar biasa dari warga RT 002/RW 007 Desa Kolor ini. Dari keterbatasan lahan, bisa lahir ide besar yang memberi manfaat,” ujar Kiai Imam.

Ia menegaskan, pemerintah daerah siap mendukung penuh keberlanjutan Kampoeng Cabe. “Pemkab Sumenep akan memfasilitasi perkembangan dan distribusi cabai ini melalui dinas terkait. Harapannya bisa jadi percontohan di tempat lain,” tambahnya.

Dari Ide Sederhana Jadi Ikon Baru

Ketua RT 002/RW 007, H. Imam Efendi, bercerita bahwa Kampoeng Cabe lahir dari gagasan sederhana yang digarap bersama warga sejak 29 Juni 2025. Awalnya sekadar percobaan, namun kini justru menjadi ikon baru di jantung kota Sumenep.

“Kami menamakan Kampoeng Cabe karena punya ciri khas sendiri dan pertama kali ada di Sumenep. Jadi kalau orang mencari Kampoeng Cabe, ya tempatnya di sini,” kata Efendi.

Berbeda dari cara bertani pada umumnya, warga memanfaatkan botol bekas sebagai media tanam. Pupuk pun dibuat mandiri, sehingga biaya bisa ditekan sekaligus ramah lingkungan.

“Karena tidak punya sawah, kami mencoba berinovasi dengan memanfaatkan botol bekas. Semoga bisa jadi inspirasi bagi RT dan desa lain,” lanjutnya.

Meski baru fokus pada cabai rawit, warga tak berhenti sampai di situ. Ke depan, rencana sudah disiapkan untuk menambah komoditas lain. “Saat ini baru cabai rawit, tapi ke depan akan dikembangkan ke cabai besar hingga sayuran lain,” pungkas Efendi penuh optimisme.

Semangat Gotong Royong

Kini Kampoeng Cabe bukan sekadar kebun cabai. Ia menjadi simbol kebersamaan, bukti nyata bahwa gotong royong mampu melahirkan inovasi besar. Dari lorong kecil Desa Kolor, gerakan baru lahir: bertani tanpa sawah, namun hasilnya menggugah banyak orang.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *