Ketua Komisi I Beri Sosialisasi Wawasan Kebangsaan untuk Ormas Keagamaan, Siswa dan Mahasiswa

Ketua Komisi I, Darul Hasyim Fath saat memberikan sosialisasi wawasan kebangsaan.

asatoe.co, Sumenep – Ketua Komisi I DPRD Sumenep, Darul Hasyim Fath memberika sosialisasi wawasan kebangsaan yang digelar oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) setempat, di Pondok Pesantren Aqidah Usymuni Terate, Kamis (16/9/2021).

Acara sosialisasi bertema ‘Bhineka Tunggal Ika Mempererat Persatuan dan Kesatuan Bangsa dalam Bingkai NKRI’ ini diikuti oleh tokoh agama, tokoh kemasrakatan, siswa dan mahasiswa.

Bacaan Lainnya

Di hadapan peserta sosialisasi, Darul Hasyim Fath menyampaikan peran organisasi keagamaan dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Menurut Darul, ormas keagamaan memiliki sejarah panjang dalam terbentuknya republik ini. Sebut saja, seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Tokoh-tokoh orgnisasi ini terlibat langsung dalam rapat Badan Persiapan Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

“Dari NU ada KH. Wahid Hasyim, Muhammadiyah ada Ki Bagus Hadi Kusumo, terus ada juga Margono Jaya Hadi Kusumo dan Abdurrahman Baswedan, mereka adalah representasi dari ormas keagamaan dan kemasyarakatan dalam pendirian republik bernama NKRI,” jelasnya.

Para pendiri ini, jelas Darul, telah menisbatkan dirinya untuk menjadi bagian dari republik dalam menunaikan cita-citanya. Apa saja cita-cita republik ini, yaitu melindungi segenap warga dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, mensejahterakan kehidupan bangsa dan turut serta dalam ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan keadilan sosial dan perdamaian abadi bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Jadi itu janji republik yang disepakati oleh seluruh pendiri yang saat itu bersidang,” ungkap Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Sumenep itu.

Untuk itu, kata Darul menjaga keutuhan NKRI menjadi tanggungjawab seluruh anak bangsa. Mempererat kebhinekaan tidak serta merta selesai dengan baris berbaris pada momentum 17 Agustus, mempererat kebhinekaan dan memperkokoh persatuan tidak hanya dengan ritual-ritual kebangsaan yang lain. Seremoni ini hanyalah ekspresi kebahagiaan sebuah negara bangsa yang merdeka.

“Tapi yang sesungguhnya diperlukan bagi kita adalah memastikan kain tenun bernama republik ini tidak robek oleh perilaku-perilaku yang membuat kita memahami ada idelogi-ideologi yang masih ingin mendirikan negara di dalam sebuah negara, jangan sampai tenunan kebangsaan kita ini dirobek oleh janji palsu yang belum tentu benar keberadaannya,” tegasnya.

Darul menambahkan, Nahdlatul Ulama sebagai ormas keagamaan terbesar dengan jutaan jamaah menjadi bagian pemilik saham republik ini. NU menjadi penjaga utama atas keutuhan negara bangsa bernama Indonesia dengan pandangan hidup Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

“Saya percaya kalau sudah menjadi satu antara kaum nasionalis dan kaum nahdliyin siapa lagi yang bisa menjadi lawan dan tandingannya, tidak ada lagi. Siapa lagi yang akan menjadi pengganggu republik kalau Nahdlatul Ulama menjadi satu dengan PDI Perjuangan, tidak ada lagi. Sebab, NU adalah rumah besar bagi kaum ahlussunah wal jamaah, sebab PDI Perjuangan adalah rumah besar bagi kaum nasionalis,” ujarnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *