Memasuki Musim Tanam, Petani di Sumenep Keluhkan Kelangkaan Pupuk

Ilustrasi kelangkaan pupuk jelang musim tanam (foto: ist.)
Ilustrasi kelangkaan pupuk jelang musim tanam (foto: ist.)

asatoe.co, Sumenep – Memasuki musim tanam tahun ini, sejumlah petani di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur mengeluhkan kelangkaan pupuk.

Pasalnya, stok pupuk disetiap kios resmi cenderung terbatas sehingga tidak mencukupi kebutuhan lahan disetiap daerah. Alhasil, petani kesulitan untuk memberi pupuk pada tanamannya.

Bacaan Lainnya

“Saat ini masih sulit untuk mendapatkan pupuk, meski ada di kios resmi stoknya sangat terbatas,” ujar salah seorang petani di Kecamatan Guluk-Guluk, Rubaqi, Senin (8/11/2021).

Menurut Rubaqi, minimnya pupuk tidak hanya terjadi di Kecamatan Guluk-gukuk, melainkan juga terjadi di Kecamatan lainnya seperti di Pasongsongan.

“Kelangkaan ini sudah lama terjadi. Meski terdapat pengiruman ke kelompok, kuotanya tidak cukup untuk didistribusikan kepada anggota,” jelas dia.

Beberapa waktu lalu pihaknya mengaku telah mendatangi pihak distributor untuk menanyakan kuota pupuk tersebut. Sesuai informasi yang didapat kuota tahun 2021 sudah habis. Sebagai solusi Rubaqi meminta agar kuota pupuk tahun 2021 untuk didistribusikan lebih awal, ini demi kemaslahatan petani.

“Itu sudah kami sampaikan, sampai saat ini belum ada jawaban,” ucap Ketua Kelompok Tani Jaya Makmur Desa Beragung Kecamatan Guluk-Guluk itu.

Anehnya kata Rubaqi, meski disejumlah kios stok menipis disejumlah toko terkadang masih menyediakan dengan harga diluar harga eceran tertinggi (HET).

“Yang masih timbul pertanyaan itu, di kios stok minim dan di distributor kuotanya habis. Malah di toko masih tersedia,” tandasnya.

Terpisah, salah seorang petani di Kecamatan Ambunten, Samauddin mencurigai kelangkaan pupuk bersubsidi terjadi karena terindikasi adanya permainan oleh oknum tertentu. Sehingga saat petani membutuhkan pupuk selalu kekurangan.

“Indikasi adanya permainan itu ada,” katanya saat diwawancarai sejumlah wartawan.

Menurutnya, modus yang dilakukan terkadang Poktan “dipaksa” untuk melakukan penebusan disaat petani belum membutuhkan pupuk. Alasannya apabila tidak dilakukan penebusan akan berimbas pada pengurangan kuota tahun berikutnya.

“Dengan begitu segala upaya pasti ditebus, karena petani belum butuh, maka disinilah indikasi permainan itu dilakukan. Misalnya dijual pada oknum tertentu saja yang nyata bukan untuk petani langsung,” jelasnya.

Udin sapaan akrabnya meyakini seandainya pendistribusian pupuk sesuai dengan kebutuhan petani dinilai cukup, karena penentuan kuota sudah disesuaikan dengan luas lahan dimasing-masing daerah melalui Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) setiap tahun.

“Kami yakin kuota itu pasti cukup apabila pendistribusiannya disesuaikan dengan kebutuhan petani,” tegas dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan (Dispertahortbun) Sumenep Arif Firmanto membantah pupuk bersubsidi di Sumenep terjadi kelangkaan. Bahkan dirinya telah turun langsung ke Kecamatan Guluk-guluk, saat itu dirinya langsung dengan sejumlah Kalompok Tani yang tergabung dalamĀ  Gabungan Kelompok Tani setempat.

Hasil pertemuan, kata dia tidak ada keluhan mengenai kelangkaan pupuk bersubsidi. “Sumenep aman, bahkan ada tambahan pupuk untuk tiga jenis,” kata Arif menegaskan saat dikonfirmasi media ini.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *