Peringati Harlah NU Ke-99, Densus 26 Korwil Madura Bersama Aswaja Center PC NU Sumenep Perkuat Ideologi Aswaja An-Nahdliyah

Haul Muassis NU dan Halaqah Aswaja An-Nahdliyah dalam rangka Harlah NU ke-99 yang dilaksanakan oleh Densus 26 Korwil Madura bersama Aswaja Center PC NU Sumenep.
Haul Muassis NU dan Halaqah Aswaja An-Nahdliyah dalam rangka Harlah NU ke-99 yang dilaksanakan oleh Densus 26 Korwil Madura bersama Aswaja Center PC NU Sumenep.

asatoe.co, Sumenep – Pendidikan Khusus Dai Ahlussunnah Wal Jamaah (Densus) 26 Korwil Madura peringati Hari Lahir (Harlah) NU ke-99 bersama Aswaja Center PC NU Sumenep, Jumat (11/2/2022).

Acara tersebut dikemas dengan Haul Muassis NU dan Halaqah Aswaja An-Nahdliyah yang diawali dengan salat asar berjamaah yang dilanjutkan dengan tahlil bersama.

Bacaan Lainnya

Usai memimpin tahlil bersama, Kiai M Hantok Sudarto, yang merupakan dai muda Densus 26 Korwil Madura menyampaikan rasa syukur karena pihaknya diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk mengenang hari lahir NU ke-99.

“Alhamdulillah, dalam upaya menjaga ideologi Ahlussunnah Wal Jamaah An-Nahdliyah kami rutin laksanakan pengajian kitab setiap dua minggu sekali,” ungkapnya.

Kiai Hantok melanjutkan bahwa Densus 26 Korwil Madura juga sudah menghatamkan tiga kitab, yaitu Muqtatofat li Ahli Albidayat, Hujjah Ahlussunnah wal Jamaah, dan as shiyam.

Di tempat yang sama, Kiai Halimi selaku Penasehat Aswaja Center PC NU Sumenep mengisi acara tersebut dengan mengkaji kitab Risalah Ahlussunnah wal Jamaah.

Mengawali kajian kitab tersebut, kiai Halimi menjabarkan bahwa salah satu masalah yang dihadapi NU adalah maraknya paham wahabi.

Ia menjelaskan bahwa istilah salafi hakikatnya adalah NU, sesuai dengan penjelasan dalam kitab Risalah Ahlussunnah wal Jamaah yang dikarang oleh hadratus syaikh Hasyim Asy’ari pada tahun 1930.

“Sedangkan wahabi menggunakan istilah salafi sekitar tahun 50an, sebelum itu, istilah yang digunakan mereka adalah Muslimun dan Muwahhidun (orang-orang muslim dan ahli tauhid),” terangnya.

Oleh karena itu, kata Kiai Halimi, hati-hati dalam membedakan antara salaf dan salak.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *