asatoe.co, Sumenep – Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur menggelar lomba Busana Kebaya Nasional Muslimah, Selasa (22/8/2023). Acara yang digelar di Sekretariat TP PKK setempat itu dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-78 Republik Indonesia.
Hadir dalam acara tersebut Ketua TP PKK Sumenep sekaligus Pembina GOW, Nia Kurnia Fauzi, Ketua GOW Sumenep, Chusnul Khotimah, pengurus dan anggota GOW serta undangan delegasi organisasi kewanitaan yang ada di Kabupaten Sumenep.
Ketua GOW Sumenep, Chusnul Khotimah mengatakan, acara tersebut sengaja digelar dalam rangka memperingati dan menyemarakkan Hari Kemerdekaan RI ke- 78. Menurutnya acara lomba busana ini merupakan upaya pihaknya dalam rangka merawat keberagaman dan menjaga budaya warisan para leluhur.
“Lomba ini digelar selain merayakan HUT ke-78 RI, juga sebagai wadah merawat keberagaman di negeri ini. Karena para peserta diwajibkan menggunakan baju adat dari berbagai daerah di Indonesia,” katanya menjelaskan.
Pembina GOW Sumenep, Nia Kurnia Fauzi mengapresiasi dan menyampaikan terima kasih kepada pengurus GOW karena telah menginisiasi lomba busana kebaya nasional. Menurutnya, dengan adanya lomba tersebut merupakan bukti nyata dalam mempererat rasa nasionalisme.
“Lomba busana kebaya muslimah yang diselenggarakan hari ini merupakan bukti nyata betapa besar semangat kita dalam mempererat rasa nasionalisme serta mengangkat nilai-nilai luhur keindahan dan keanekaragaman busana muslimah kita,” katanya.
Mbak Nia menjelaskan, kebaya merupakan busana yang memiliki nilai sejarah panjang, serta punya andil dalam proses kemerdekaan. Menurutnya, sejak zaman pra kemerdekaan, kebaya sudah menjadi identitas perempuan Indonesia.
“Dari dulu kebaya sudah menjadi identitas perempuan Indonesia. Kita lihat bagaimana RA. Kartini yang selalu mengenakan kebaya dibalut selendang dan sanggul rambut di kepala. Ini adalah cerminan perempuan Indonesia saat itu,” jelasnya.
Selain itu, kata Mbak Nia, kebaya juga telah ditetapkan sebagai busana nasional perempuan Indonesia dalam lokakarya di Jakarta pada tahun 1978, yang diikuti oleh perwakilan seluruh provinsi di Indonesia.
“Saat itu model busana nasional Indonesia adalah kebaya pendek dengan kain batik panjang, dilengkapi dengan selendang, alas kaki, tata rias wajah, dan sanggul,” ujarnya.
Sebab itu, istri Bupati Achmad Fauzi Wongsojudo itu berharap agar para generasi muda bisa menjaga warisan para leluhur. Meski saat ini, zaman sudah modern dengan berbagai kecanggihan tekhnologi, tapi Mbak Nia meminta para anak muda mempertahankan budaya asli Indonesia tersebut.
“Busana kebaya merupakan warisan luhur budaya bangsa Indonesia yang wajib kita pertahankan keberadaanya,” tandas dia menegaskan.