TP-PKK Sumenep Berkomitmen Berantas Buta Aksara

Ketua TP-PKK Sumenep, Nia Kurnia Fauzi mengajari warga peserta keaksaraan dasar menulis (Dok. Prokopim Setda Sumenep).
Ketua TP-PKK Sumenep, Nia Kurnia Fauzi mengajari warga peserta keaksaraan dasar menulis (Dok. Prokopim Setda Sumenep).

asatoe.co, Sumenep – Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur berkomitmen memberantas buta aksara. Komitmen itu dibuktikan langsung oleh Ketua TP-PKK Nia Kurnia Fauzi saat turun langsung mengajari masyarakat di Desa Batuputih Laok dan Desa Batuputih Kenik, Kecamatan Batuputih, Rabu (10/11/2021).

Dengan telaten istri Bupati Sumenep, Achmad Fauzi itu mengajari satu persatu masyarakat lanjut usia. Ia mengajarkan baca tulis kepada warga yang berusia senja di dua desa tersebut.

Bacaan Lainnya

Warga pun juga tampak senang dan antusias mengikuti proses belajar mengajar tersebut. Warga juga terlihat akrab dan tidak sungkan menanyakan setiap materi yang diberikan oleh perempuan yang akrab disapa Nia itu.

Di sela-sela mengajari warga, Nia mengungkapkan pendidikan keaksaraan dasar ini merupakan salah satu program TP-PKK Sumenep, dalam rangka mengentaskan buta aksara di kabupaten paling ujung timur pulau Madura ini.

Menurutnya, pada program tersebut peserta didik diajari menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan membaca, menulis, menghitung dan berbahasa Indonesia.

“Pendidikan keaksaraan dasar ini merupakan program pendidikan nonformal yang sasaran kegiatannya adalah penduduk buta aksara pada rentang usia 15 sampai 59 tahun,” jelas Nia.

Berdasarkan data Badan Pusat Satistik (BPS) tahun 2019, jumlah penduduk buta aksara di Kabupaten Sumenep sebesar 5,99 persen dari jumlah penduduk sebesar 1.134129 orang. Dari jumlah tersebut, sebagian besar tinggal di daerah kepulauan dengan profesi sebagai petani kecil, buruh, dan nelayan. Sementara kelompok masyarakat miskin di daerah perkotaan yaitu berprofesi sebagai buruh berpenghasilan rendah atau pengangguran.

“Mereka tertinggal dalam hal pengetahuan, keterampilan serta sikap mental pembaharuan dan pembangunan. Akibatnya, akses terhadap informasi dan komunikasi yang penting untuk membuka cakrawala kehidupan dunia juga terbatas karena mereka tidak memiliki kemampuan keaksaraan yang memadai,” ungkap Nia.

Sehingga, kata Nia, untuk mengatasi persoalan buta aksara ini tidak bisa dilakukan sendiri oleh TP-PKK. Melainkan harus ada jejaring dengan pihak lain. Seperti Forpimka, TP-PKK Kecamatan, para alim ulama, organisasi kemasyrakatan, kepala desa dan tokoh masyarakat.

“Tanpa dukungan dan kebersamaan semua pihak, program ini tidak akan berjalan dengan maksimal,” ujarnya.

Selain itu, anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sumenep itu juga meminta agar jangan sampai ada masyarakat yang masih belum tertampung dalam program keaksaraan dasar ini. Untuk itu, dia mewanti-wanti kepada petugas atau para tutor harus memastikan semua warga yang layak ikut keaksaraan dasar ini mendapatkan akses di program keaksaraan dasar tersebut.

“Kepada para tutor saya berharap untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi mengajarnya. Sebab, salah satu kesuksesan penyelenggaraan keaksaraan dasar ini, karena kompetensi para tutor yang mumpuni. Dengan tutor yang mumpuni program keaksaraan dasar dapat berjalan secara maksimal,” pungkasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *